Tips Indah & Sehat | Makan Prasmanan di Era Digital
Pada saat menjadi wisatawan, sarapan pagi adalah aktivitas awal yang dinantikan sebelum melanjutkan perjalanan wisata. Untuk breakfast biasanya disajikan hidangan prasmanan atau buffet. Ada aneka hidangan yang bisa dipilih. Pada hotel tertentu ragam rupa makanan sangat banyak variasinya. Sepertinya semuanya lezat dan harus dimakan, selain minum kopi, teh, jus buah atau air mineral.
Prasmanan juga dilakukan pada saat resepsi pernikahan, rapat kerja, seminar atau sedang ada acara komunitas yang kembali heboh pasca melandainya Covid-19, sehingga banyak acara dilakukan. Sebenarnya prasmanan atau menikmati hidangan buffet, baik saat breakfast, lunch dan dinner ada cara indah dan sehat yang bisa kita lakukan, agar tetap ternikmati dengan baik, tanpa efek samping.
Efek samping dalam menikmati hidangan prasmanan adalah efek sosial dan kesehatan. Dari segi efek sosial adalah perhatian dari teman semeja atau tamu lainnya yang melihat kita mengambil lauk atau makanan begitu banyak, sehingga membuat piring kita penuh makanan.
Beberapa orang akan memperhatikan kita dan mereka yang memahami estetika dan kesehatan akan memberikan sanksi sosial berupa bisik-bisik dengan teman di sebelahnya, dilirik dengan heran, terutama kalau makanan yang telah diletakkan begitu banyak, ternyata tidak dihabiskan, bahkan sangat sering dijumpai, masih banyak lauk yang tersisa.
Kenapa hidangan tersebut masih banyak sisanya?
Biasanya karena dirasakan tidak enak, sehingga tidak dimakan secara tuntas atau karena kekenyangan. Selain tidak enak dipandang secara estetika dan etika, dampak buruk lainnya adalah pada kesehatan kita, apalagi kalau lauk yang dimakan tidak cocok dengan usia atau nantinya akan berpengaruh pada organ tertentu pada tubuh kita.
Agar kita tetap elegan dan sehat, maka ketika memilih lauk di meja prasmanan, ambilkah dua atau tiga lauk dalam jumlah kecil. Silahkan ambil agak banyak, jika lauk tersebut adalah favorit anda. Pada saat acara apapun yang sajian makanannya secara buffet atau prasmanan, kita bebas untuk kembali mengambil makanan kalau dirasa begitu enak, dan masih lapar.
Kalau kita bersikap "bijaksana" saat menikmati hidangan prasmanan, maka kita akan mendapatkan manfaat besar dari segi estetika, sehingga tidak akan mendapat cibiran, digosipkan karena mengambil terlalu banyak, apalagi tidak dihabiskan.
Kalau kita tahu diri dengan jumlah hidangan dan apa saja yang kita makan, maka tubuh akan sehat karena tidak kekenyangan pasca makan secara prasmanan.
Intinya, berhentilah untuk lapar mata, sehingga kita menjadi kalap. Kata orang bijaksana, anda adalah apa yang anda makan.
Oh, ya. Kita hidup di era digital lho. Jangan sampai ada kamera yang diambil dengan smartphone atau HP, sehingga gaya kita makan yang tidak elegan, gegara lapar mata akhirnya viral di media sosial.
Comments
Post a Comment