Berbagi Dalam Senyap Dalam Keriuhan Bencana Covid-19
Untuk berbuat baik sebenarnya sangat sederhana, bisa dilakukan secara spontan atau terorganisir meskipun tidak harus secara resmi. Pada dasarnya orang Indonesia sangat mudah tersentuh hatinya untuk menolong orang lain, apakah kepada tetangga, keluarga, sahabat maupun komunitas lain, bahkan siap membantu bangsa lain.
Mungkin anda juga percaya, bahwa membantu orang lain tidak akan membuat kita jatuh miskin. Ada banyak cara untuk membantu, bukan hanya berupa uang, bahkan dengan keahlian masing-masing sebagai penulis, photographer, creator content, seniman, dan sebagainya. Kita bisa memaksimalkan teknologi pada smartphone, digital camera, video camera dan gadget lainnya untuk menyebarkan harumnya bunga serta terangnya nyala kebaikan di hati kita dan orang lain.
Gotong royong adalah legacy yang seharusnya abadi dan selalu relevan di segala era, begitu juga di jaman serba digital ini. Karena itulah tentu sangat aneh jika di saat sulit seperti yang terjadi saat ini, yaitu menyebarnya wabah Covid-19 atau virus Corona di ratusan negara, termasuk di Indonesia. Saat ini PSBB telah berlaku di berbagai daerah di Indonesia untuk mencegah meluasnya wabah berbahaya ini. Tentu bantuan sosial dari pemerintah pusat maupun daerah terus harus dilakukan, begitu pula oleh banyak orang serta komunitas yang punya kepedulian sosial sangat tinggi.
Ketika Rudi S. Kamri berjumpa Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan (Dok. Rudi) |
Rudi S. Kamri pun tersentuh hatinya ketika wabah global ini menyerbu ke wilayah Nusantara. Sebagai seorang penulis, nara sumber yang merupakan pemerhati sosial dan politik, Rudi yang selalu berkaca mata ini punya cara tersendiri untuk menyatakan pendapat dan aksinya. Tulisan baru ini juga mencerminkan isi hati Rudi yang punya banyak sahabat dari segala aliran politik, komunitas dan latar belakang lainnya. Itulah ciri tokoh yang cinta NKRI yang beragam ini.
Berbagi Dalam Senyap Dalam Keriuhan Bencana Covid-19
Oleh:
Rudi S Kamri
Dalam buku “Why Good Things Happen to Good People”, Stephen Post, guru besar dari Stony Brook University menulis bahwa kebiasaan bersedekah telah terbukti meningkatkan manfaat kesehatan bagi penderita penyakit kronis. Para peneliti juga sepakat bahwa kebiasaan berbagi berkontribusi besar dalam membangkitkan perasaan bersyukur seseorang. Seperti yang kita ketahui, orang yang selalu bersyukur akan memiliki mentalitas yang kuat dalam menjalani hidup.
Dampak berganda pada saat orang berbagi adalah memberikan inspirasi kepada orang lain untuk berbuat yang sama. Kebaikan kecil yang dilakukan seseorang juga menyebabkan efek yang besar dan menular kepada orang lain.
Kebaikan hati dan semangat berbagi masyarakat Indonesia di tengah badai pandemi Covid-19 lah yang menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Para relawan kemanusiaan tersebut tak henti- hentinya menebarkan semangat berbagi kepada sesama saudara yang sedang membutuhkan. Kepada para petugas medis di Rumah Sakit, kepada para petugas keamanan TNI dan Polri yang menjaga keamanan Rumah Sakit dan masyarakat serta kepada sesama saudara sebangsa yang membutuhkan.
Para relawan ini bagi saya merupakan salah satu pahlawan kemanusiaan dalam upaya kita memerangi serangan virus corona di negeri ini. Mereka bergerak dalam senyap dan terus semangat menggalang bantuan sosial. Mereka begitu banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh pelosok negeri. Melihat kegigihan para relawan kemanusiaan ini dalam berbagi, membuat saya terharu, respect sekaligus optimis tentang masa depan keindonesiaan negeri ini.
Mereka para pahlawan kemanusiaan Covid-19 yang saya tahu dan saya kenal diantaranya mbak Suzie Rizki, mbak Joyce Marulam, FOKAL UI, mas Fajar Soeharto dkk di Gerakan Alumni UI, mbak Fanina Prawiro dkk, mbak Eliza M Permatasari dkk, mas Daniel Tirtayasa dkk, Yayasan Raden yang dikomandani mbak Nety, mbak Ratih Soe Kosasie dan kelompok Tango Humanity-nya, Organ PERTIWI, organ SOLMET, mbak Titik Wijayanti dan KamIPB, mbak Dewantarie Hadikoesoemo, mbak Nunu Nuraeni dkk, mbak Ida Arimurti dkk, mbak Nancy Weber dkk, mbak Wieq Soetoro dkk di GKSW, mbak Lana T Koentjoro dkk, mbak Lourda Hutagalung dkk, Mbak Putri Simorangkir, mbak Sussie Sahroni dkk, mbak Imah Dimas dkk, #GerakanTraktir1Teman. Dan ribuan relawan kemanusiaan lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu.
Ida Arimurti (kanan) dan dan sahabat MAHAJANA, Ambarsari pada saat Bakti Sosial (Dok. Ida Arimurti) |
Mereka berkarya di dunia nyata BUKAN kelompok yang hanya pintar mencaci maki Pemerintah di dunia maya, bukan juga kelompok orang yang menolak pemakaman jenasah Covid-19 dan bukan juga kelompok masyarakat yang mengibar-ngibarkan bendera khilafah saat teroris dimakamkan. Mereka juga bukan kelompok masyarakat yang mengambil keuntungan di tengah wabah corona, seperti menimbun masker, menjual APD dengan harga selangit bukan juga kelompok orang yang mencatut bantuan sosial ke rakyat kecil.
Ketulusan dan kegigihan mereka dalam membantu Pemerintah dalam menangani wabah virus corona ini adalah cahaya kehidupan yang bersinar di tengah kegelapan. Dan gerakan mereka seperti virus kebaikan hati yang menyebar dan memberi inspirasi kepada orang lain. Salam hormat kepada mereka para pahlawan kemanusiaan, kiranya Tuhan selalu menjaga kesehatan mereka dan memberi rejeki yang melimpah. Mereka inilah sejatinya gambaran manusia Indonesia yang sebenarnya.
Mereka adalah cahaya Indonesia
Salam SATU Indonesia
19042020
Sebelum lanjut ngopi, yuk kita saksikan pesan Rudi S. Kamri yang pasti bisa menginspirasi kita dan banyak orang setelah kita membagi artikel ini untuk para sahabat, kerabat dan semua jejaring media sosial kita.
Comments
Post a Comment